RSS

Identifikasi Korban Bencana Masal

B
encana bisa terjadi kapan saja, dimana saja dan bisa meminta korban tidak hanya satu atau dua orang saja. Jika terjadi suatu bencana  baik yang diakibatkan karena terjadinya kecelakaan mobil, pesawat dan atau kapal laut, kemudian akibat bencana alam, aksi terorisme dengan pengeboman dan lain sebagainya yang mengakibatkan  jatuhnya banyak korban, disini akan menimbulkan masalah dalam mengidentifikasi korban tersebut.
Masalah yang dihadapi dalam mengidentifikasi korban bencana masal :
1.  Banyaknya jumlah korban Dengan jumlah petugas identifikasi yang relatif sediki
2. Perlu Koordinasi antar departemen untuk memperisingkat identifikasi waktu agar dapa menyelesaikan identifikasi korban secara tepat dan tepat  namun koordinasi ini cenderung terhambat.
3. Medan / Lokasi Dalam kasus bencana biasanya juga menimbulkan faktor kesulitan baru adalah untuk mencapai medan / lokasi bencana. Faktor-faktor tersebut di atas menjadi suatu keharusan dimana identifikasi massal dilakukan secara efektif & efisien.

Tujuan dilakukan Identifikasi Korban Massal sangat penting mengingat kepastian seseorang hidup dan mati sangat diperlukan untuk kepentingan hukum yang berkaitan dengan Asuransi, Pensiun, Warisan, dan lain-lain.

Dalam identifikasi korban dalam jumlah yang sedikit dengan adanya cukup waktu dan tenaga, metode primer yang biasanya digunakan adalah : a. Sidik jari b. Dental record c. DNA Dengan metode sekunder adalah data-data lainnya yang menjelaskan atau menerangkan identitas korban seperti ciri fisik secara visual, dokumen, dll.

angkah langkah dalam pelaksanan Identifikasi:

1.    Mengamankan tempat kejadian : memasang garis polisi, mengevakuasi korban, dan memberi label atau tanda pada korban  
        Mengoleksi data post – mortem
Data post mortem adalah data-data hasil pemeriksaan forensik yang dilihat dan ditemukan pada jenazah korban. Kita harus mencatat data data yang didapat pada jenasah selengkap lengkapnya. Mulai dari cici-ciri umum, perkiraan umur, jenis kelamin, ras. Pertama ambil foto keadaan jenasah secara utuh baik masih menggunakan pakaian atau yang telah dilepas, kemudian lakukan pemeriksaan fisik untuk melihat ciri-ciri fisik khusus yang ada pada tubuh korban. Kemudian ambil sidik jari korban, lakukan pemeriksaan radiologis gunanya yaitu untuk melihat apakah pada jenasah memiliki tanda khusus pada bagian dalam tubuh, sperti pemasangan pen pada patah tulang, dll. Setelah itu identifikasi gigi. Setelah semua itu dilakukan cegah peruban pada jenasah. Pemeriksaan DNA pada Korban juga harus dilakukan untuk membandingkan dengan pihak keluarga korban



3.      Mengoleksi data ante-mortem
Data ante mortem adalah data-data yang penting dari korban sebelum kejadian atau pada waktu korban masih hidup, termasuk data vital tubuh, data gigi, data sidik jari, dan data kepemilikan yang dipakai atau dibawa

4.    Membandingkan data ante-mortem dengan Post mortem
Setelah semua data diperoleh kemudian dicocokkan antara data ante mortem dg post mortem. Untuk mendapatkan hasil yang akurat harus mendapatkan primer untuk menentukan identitas jenasah adalah Sidik jari, profil gigi, dan DNA. Jika data itu tidak bisa didapat bisa di lakukan pemeriksaan sekunder yaitu Visual, Dokumen (SIM, KTP, Paspor)  Pakaian.

5.    Mengembalikan Jenasah pada pihak keluarga
Setelah korban teridentifikasi sedapat mungkin sebelum diserahkan kepada keluarga dilakukan perawatan jenazah dengan melakukan perbaikan atau rekonstruksi tubuh, pengawetan, perawatan sesuai agama korban dan memasukkan dalam peti jenazah
Beberapa macam bencana yang telah terjadi antara lain bencana alam, kecelakaan lalu lintas darat, udara dan laut serta bom semuanya mengakibatkan banyak korban yang meninggal. Identifikasi Korban Massal sangat penting mengingat kepastian seseorang hidup dan mati . sangat diperlukan untuk kepentingan hukum yang berkaitan dengan Asuransi, Pensiun, Warisan, dan lain-lain.

Pembiayaan yang timbul dari pelaksanaan Tim Identifikasi korban Mati Pada Bencana Massal tentunya bisa dibebankan pada Negara sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Setelah jenasah teridentifikasi maka dibuatkan surat kematian, Surat kematian adalah Surat yang menerangkan bahwa seseorang telah meninggal dunia memuat : identitas, saat kematian, sebab kematian.
Kegunaan Surat kematian
       Pemakaman
       Pensiun
       Asuransi
       Warisan
       Hutang piutang
       Hukum
       statistik

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kesehatan Mental Pada Korban Bencana

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


B
encana merupakan suatu kondisi baru yang membutuhkan penyesuaian diri baru secara drastis terjadi pada banyak orang pada waktu yang sama, sehingga membutuhkan bantuan segera agar dapat kembali bangkit dari keterpurukan dan efek negatif dari sebuah bencana.


Baik individu maupun komunitas mempunyai respon yang berbeda beda terhadap bencana tergantung pada individu dan komunitas tersebut serta seberapa besarnya bencana yang mereka alami. Respon perilaku yang pertama muncul pada individu/komunitas yang tergambar dengan munculnya konflik, ketidak percayaan, masalah pada pekerjaan, berkurangnya keintiman suatu hubungan interpersonal, penarikan diri, mengasingkan diri, dll. Kemudian dilanjutkan dengan respon emosional/kognitif seperti terkejut, terpaku, tidak percaya/menyangkal, kalut, putus asa, marah, cemas, merasa bersalah, kehilangan minat akan kesenangan,dll. Respon psikologikal seperti mimpi buruk, konsentrasi buruk, menyalahkan diri sendiri, bingung, disorientasi, tidak dapat mengambil keputusan, kekhawatiran. Namun setiap orang mempunyai tingkat respon yang berbeda-beda

Ketika terjadi suatu bencana ada beberapa fase atau tahapan yang perlu kita ketahui agar memepermudah dalam penanggulangannya, bencana dimulai dari fase predisaster pada fase ini mulai ada tanda atau peringatan akan terjadinya suatu bencana, Impact merupakan terjadinya suatu bencana. Kemudian terjilah fase heroic disini seseorang mulai merespon dengan apa yang baru saja terjadi, bingung, merasa kesepian karena kehilangan kerabat, dan merasa syok dan takut akan terjadi bencana susulan. Dilanjutkan dengan adanya fase   disillusionment pada fase ini kebanyakan korban mulai mencoba mengerti dengan situasti disekitarnya, namun masih memikirkan apa yang terjadi, menyakngkal kenapa ini bias terjadi pada dirinya, munculnya perasaan seperti itu disertai dengan keluhan somatic seperti kelelahan, susah tidur , sakit kepala, mual, bias juga disertai menunjukkan perilaku kemarahan, mudah tersinggung, putus asa, dan murung. Fase ini dapat berlangsung selama beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah bencana. Fase selanjutnya adalah fase recoil yang berlangsung dalam satu tahun pertama dan ditandai dengan perasaan sedih, rasa bersalah, dan dapat mengalami depresi. Kekecewaan dan kemarahan mudah timbul apabila bantuan pertolongan atau pemulihan yang mereka harapkan tidak ada/tidak sesuai. Kemudian dilanjutkan pada fase yang terakhir yakni fase rekonstruksi yang berlangsung 2-3 tahun setelah peristiwa bencana terjadi. Secara bertahap penderita mulai pulih dari gejala-gejala psikologik dan somatik dimana penderita mulai mau menerima dan memahamai makna peristiwa traumatic dan mulai membangun kehidupan baru
Bencana tersebut dapat berakibat beberapa tingkatan pengaruh psikologis yang klasifikasikan menjadi :
1.            mild psychological distresses
  v    cemas dan panik merupakan tanda yang sering muncul
  v   keadaan ini biasanya bisa berlangsung selama beberapa hari dan tidak memebutuhkan penanganan yang khusus
2.            moderate psychological distresses
  v    Seseorang akan merasa camas, ketergantung dengan orang lain
  v    Gangguan emosional sehingga memerlukan waktu penyembuhan yang lama,
  v   Dapat berkembang menjadi gangguan mental dan perilaku yang berat, untuk itu diperlukan dukungan psikososial.
3.            severe psychological distresses
  v   Mengalami trauma, stress yang berhubungan gangguan mental, fobia, depresi, membutuhkan penanganan dan dukukungan dari tim kesehatan mental yang professional.

Faktor yang berkontribusi adalah kejadian trauma dimana jika bencana yang terjadi secara mendadak dan besar itu bias berakibat pada gangguan mental yang berat. Kehilangan semakin banyak yang hilang makan akan semakin berat gangguan psikologis yang dialami. Keadaan lingkungan setelah bencana juga mempunyai keterkaitan dalam gangguan psikologis.
WHO telah menetapkan beberapa prinsip penanganan bencana dimulai dari

q    Preparation before the emergency: 
persiapan seperti system koordinasi di daerah bencana, rencana dalam menangani keadaan gawat darurat, serta pelatihan ketrampilan bagi para relawan yang akan ke daerah bencana.
q    Assessment: 
persiapan dilakukan assessment menilai apa saja yang dibutuhkan. Kolaborasi antara setiap bagian di daerah bencana
q    Collaborative efforts
q    Integration into primary health care
q    Access to service for all
Pemberian bantuan yang dapat diakses oleh masyarakat secara merata jadi jangan hanya di perkotaan
q    Training and supervision : 
Memberi pelatihan pada korban didaerah bencana agar dapat mempercepat pemulihan
q    Long-term perspective : 
Jadi dalam pemberian bantuan sebaiknya diperhitungkan waktu pemberian, sebaiknya pemberian bantuan tidak hanya hanya pada saat kecadian bencana baru terjadi, namun secara berkelanjutan sampai korban dapat pulih dari situasi pasca bencana
q    Monitoring indicators : 
 Kemudian dilanjutkan dengan adanya pengawasan dan pemikiran jangka panjang sesuai dengan indicator-indikator monitoring yang baik dan sesuai.

Setelah persiapan dilakukan assessment menilai apa saja yang dibutuhkan. Kolaborasi antara setiap bagian di daerah bencana.Pelayanan primer yang terintegrasi.Pemberian bantuan yang dapat diakses oleh masyarakat secara merata jadi jangan hanya di perkotaan.Memberi pelatihan pada korban didaerah bencana agar dapat mempercepat pemulihan.Pemberian bantuan sebaiknya long term perspective.Langkah selanjutnya adalah monitoring indicators.
 Fase intervensi dimulai dari keadaan gawat darurat akut disini mulai dengan pemberian bantuan yang menjadi kebutuhhan pokok seperti makan,air,keamanan dan sanitasi, serta akses untuk ke pelayanan kesehatan primer setelah itu baru Fase rekonsolidasi dimana bantuan kebutuhan tersebut dapat sampai pada yang membutuhkan sebelum keadaan darurat.
Yang terpenting dalam penanganan bencana adalah pemberian pelayanan social dan kesehatan mental untuk mengurangi masalah social.Untuk itu ada dua indicator pokok yang dipakai yaitu intervensi social dan intervensi psikologis & psikiatrik.
Intervensi social pembentukan kembali segala sesuatu yang hilang sama seperti sebelum bencana baik itu kebudayaan atau kepercayaan, setelah itu pembenahan ditingkat pendidikan dengan membentuk beberapa sekolah dan aktivitas rekreasi untuk anak anak dan remaja. Ikut berpartisipasi dalam komunitas. Memepertemukan kembali orang yang hilang atau terpisah dengan keluarganya.

Intervensi psikologis dan psikiatri yaitu dengan membuat fasilitas pelayanan kesehatan di komunitas untuk menangani orang yang mengalami gangguan mental.Dapat menangani keadaan psikiatri yang di pelayanan kesehatan primer.Pemberan treatmen yang berkelanjutan dan menghindari penghentian obat secara tiba tiba.Perencanaan penanganan psikologis untuk tahap setelah bencana.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SURVEILANS BENCANA

MELIHAT SISILAIN DARI PENGUNGSIAN

           
Sebagai negara yang besar dan terletak pada geografi berisiko, maka Indonesia sering mengalami kejadian alam gempa bumi, gunung meletus, banjir dan bencana lain yang dapat menimbulkan gelombang pengungsi. Beberapa tahun  terakhir  ini,  Indonesia  juga  didera  dengan  berbagai  konflik  soial berkepanjangan dengan menimbulkan gelombang pengungsi yang besar dan dalam periode waktu pengungsian yang lama.


Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yg disebabkan oleh alam atau manusia yg mengakibatkan timbulnya korban & penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana umum, gangguan terhadap tata kehidupan & penghidupan masyarakat serta pembangunan nasional, sehingga untuk pemulihannya memerlukan bantuan dari luar.
Bencana terbagi dalam:
  1. Natural disaster : misalnya gempa bumi, gempa vulkanik, Gelombang Tsunami, gunung meletus
  2. Man made disaster : misalnya banjir, kebakaran hutan, kerusuhan sosial, pencemaran lingkungan, dll.


Pengungsian adalah peristiwa berpindahnya penduduk dari suatu tempat ketempat lainnya untuk mengamankan dan menyelamatkan diri akibat terjadinya suatu peristiwa mendadak seperti bencana dan konflik sosial maupun sebab lain yang  terjadi  di  suatu  tempat.  Terjadinya  pengungsian  memerlukan  upaya penanggulangan sehingga tidak berdampak timbulnya kondisi emergensi dengan kematian yang besar.Berdasarkan pengalaman selama ini, kejadian pengungsian sekelompok orang dalam jumlah yang cukup besar akan terjadi risiko terhadap status kesehatan masyarakat pengungsi, baik pada saat melakukan pengungsian,maupun pada saat berada di tempat penampungan pengungsi. Risiko perubahan status kesehatan akan terjadi sangat cepat, tidak terduga dan lebih dari itu,adanya penyakit sekunder, terutama penyakit menular potensi KLB, dapat berisiko jatuhnya korban yang besar.Untuk mempersiapkan kondisi rawan dengan sikap antisipatif terhadap program pencegahan penyakit, maka peran surveilans epidemiologi sebagai“evidance base” untuk menetapkan priotitas program perlu dibangun.

Surveilans penyakir dan faktor resiko pada umumnya merupakan upaya untuk menyediakan informasi kebutuhan pelayanan kesejatan dilokasi bencana dan pengungsian sebagai bahan tindakan kesehatan segera. Informasi dan data yang dikumpulkan berupa jumlah korban meninggal, luka/sakit, jenis luka, pengobatan yg diperlukan, kebutuhan yg belum dipenuhi, jumlah korban anak2, dewasa, lansia, dll. Surveilans sangat penting untuk monitoring dan evaluasi dari sebuah proses, sehingga dapat digunakan untuk menyusun kebijakan dan rencana program .  

Ada 10 tugas utama yang harus di jalankan setelah keadan darurat terjadi
  • Inisial Assessesment,
  • Imunisasi Campak,
  • Air dan Sanitasi,
  • Makanan dan Gizi,
  • Tempat Tinggal,
  • Pelayanan Kesehatan Darurat,
  • Pengendalian Penyakit dan KLB,
  • Surveilans Kesehatan Masyarakat,
  • SDM
  • Koordinasi


Tujuan surveilans:
  • Mengurangi jumlah kesakitan, resiko kecacatan dan kematian saat terjadi bencana
  • Mencegah atau mengurangi resiko munculnya penyakit menular dan penyebarannya
  • Mencegah atau mengurangi resiko dan mengatasi dampak kesehatan lingkungan akibat bencana (misalnya perbaikan sanitasi)


Surveilans berperan dalam:
Saat bencana à Rapid Health Assessment (RHA), melihat dampak-dampak apa saja yang ditimbulkan dari bencana, seperti berapa jumlah korban, barang-barang apa saja yang dibutuhkan, peralatan apa yang harus disediakan, berapa banyak pengungsi lansia, anak-anak, seberapa parah tingkat kerusakan, kondisi sanitasi lingkungan dll.
Setelah bencana à data-data yang diperoleh dari kejadian bencana harus dapat dianalisis dan dibuat kesimpulan berupa rencana kerja atau kebijakan, misalnya apa saja yang harus dilakukan masyarakat untuk  kembali dari pengungsian, rekonstruksi dan rehabilitasi seperti apa yang harus diberikan.
Menentukan arah respon/ penanggulangan dan menilai keberhasilan respon/ evaluasi
Manajemen penanggulangan bencana meliputi Fase I à tanggap darurat,  Fase II à fase akut, dan Fase IIIà recovery (rehabilitasi dan rekonstruksi). Prinsip dasar penanggulangan bencana adalah pada tahap PREPAREDNESS atau Kesiapsiagaan sebelum terjadi bencana.

Upaya penanggulangan bencana meliputi
1.    Pra-bencana
-          Kelembagaan/ koordinasi yg solid
-          SDM/ petugas kesehatan yg terampil secara medik dan sosial (dapat bekerjasama dengan siapapun)
-          Ketersediaan logistic (bahan, alat, dan obat)
-          Ketersediaan informasi ttg bencana (daerah rawa, beresiko terkena dampak)
-          Jaringan kerja lintas program/ sektor
2.    Ketika bencana à RHA dilakukan  hari H hingga H+3
3.    pascabencana: berdasarkan dari RHA untuk menentukan langkah selanjutnya
-          Pengendalian penyakit menular  (ISPA, diare,DBD,chikungunya, tifoid,dll)
-          Pelayanan kesehatan dasar
-          Surveilans penyakit
-          Memperbaiki kesehatan lingkungan (air bersih, MCK, pengelolaan sampah, sanitasi makanan, dll)
Membangun sistem surveilans pada situasi bencana dapat dilakukan dengan:
§  Sistem harus sederhana
§  Mencakup yang sangat prioritas
§  Dilakukan secara aktif & intensif
§  Melibatkan semua pihak
§  Mengutamakan unsur kecepatan
§  Didukung kecepatan respon
Surveilas epidemiologi yang dikembangkan pada pengungsi pada periode emergensi merupakan Sistem Kewaspadaan Dini KLB penyakit dan keracunan. Sistem yang akan dikembangkan harus selalu didahului dengan kajian awal. Kajian awal harus dapat mengidentifikasi  prioritas-prioritas penyakit penyebab kesakitan dan kematian,  faktor-faktor  yang berpengaruh,  serta  program intervensi  yang  mungkin  dapat dilakukan,  terutama  penyakit potensial  KLB.  Prioritas-prioritas penyakit tersebut nantinya menjadi prioritas upaya perbaikan-perbaikan kondisi  rentan  pada  kelompok pengungsi, agar kejadian luar biasa penyakit  dan  keracunan  dapat ditekan  frekuensi  atau  beratnya kejadian, atau bahkan dapat dihindari sama sekali. Prioritas-priotas penyakit penyebab kesakitan kematian pada pengungsi tersebut  juga  menjadi  dasar  perumusan  terhadap  kemungkinan penyelenggaraan  surveilans  kesehatan  masyarakat  dalam  bentuk  sistem kewaspdaan  dini  KLB  dan  keracunan.  Model  surveilans  yang  akan dikembangkan juga perlu menjadi salah satu sasaran kajian awal. Prioritas-prioritas  penyakit  penyebab  kesakitan  dan  kematian  pada pengungsi tersebut, juga menjadi dasar dari prioritas kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan  terjadinya  kejadian  rawan  atau  KLB  penyakit  menular  dan keracunan.  Kesiapsiagaan  diarahkan  pada  kesiapsiagaan  tenaga  dan  tim penanggulangan gerak cepat,  sistem konsultasi ahli, komunikasi, informasi dan transportasi, serta kesiapsiagaan penanggulangan KLB, baik dalam teknisk penanggulangan, tim maupun logistic.

Strategi pengembangan surveilans epidemiologi pengungsi :
  • Memprioritaskan pada penyakit-penyakit penyebab kematian dan potensial KLB
  • Berorientasi pada tindakan yang cepat, tepat dengan lebih berorientasi pada promosi, pencegahan dandeteksi dini di lapangan
  • Memperkuat tim surveilans epidemiologi dengan dengan tenaga professional
  • Memperkuat jaringan kerja sama surveilans epidemiologi di lapangan, rujukan dan konsultasi
  • Memperkuat sarana manajemen data dengan komputerisasi dan komunikasi elektromedia
  • Memperkuat dukungan politis dan pendanaan yang memadai dan terusmenerus untuk penyelenggaraan surveilans yang berkualitas tinggi

Jadi Surveilans bencana sangat penting, secara garis besar dapat disimpulkan manfaatnya adalah:
  • -          Mencari factor resiko di tempat pengungsian: air, sanitasi, kepadatan, kualitas tempat penampungan
  • -          Mengidentifikasi penyebab  utama kesakitan dan kematian sehingga dapat diupayakan pencegahan
  • -          Mengidentifikasi pengungsi kelompok rentan : anak-anak, lansia, wanita hamil, sehingga lebih memperhatikan kesehatannya.
  • -          Pendataan pengungsi : jumlah, wilayah, kepadatan, golongan umur, menurut jenis kelamin, dll.
  • -          Surveilans kematian individu
  • -          Mengidentifikasi kebutuhan : gizi dan pangan,
  • -          Survei epidemiologii

Penyakit menular di Pengungsian

Vectors bisa diartikan sebagai arthopoda atau binatang yang mampu membawa pathogen dari binatang, manusia reservoir, menuju individu yang lain. Pathogen ini ditransmisikan bila secara mekanik atau secara transformasi biologis. Penyakit utama yang ditransmisikan oleh vector:
  • Anopheles à malaria, filariasis
  • Culex à japans encephalitis, filariasis
  • Aedes à Yellow fever, dengue fever, filariasis
  • Lice à Infeksi kulit
  • Fleas à plague
  • Rodents à leptospirosis, salmonellosis, rat bite fever.

Kenapa sih bisa tbanyak vector penyakit di pengungsian?
  • 1.    Status imu dan penyakit
  • 2.    Paparan terhadap vector yang bertambah
  • 3.    Bertambahnya tempa berkembang biak
  • 4.    Kebersihan tempat pengungsian
  • 5.    Interruption of vector control measures
  • 6.    Akses pengobatan dasar terbatas

Manajemen  kesehatan  masyarakat  dimanfaatkan  untuk  menekan kemungkinan terjadinya penularan dan penyebarluasan penyakit ke orang lain, sehingga angka kesakitan (insidance rate) dan angka kematian (mortality rate) dapat diturunkan. Manajemen kesehatan masyarakat lebih menekankan padaupaya pencegahan penularan dengan cara memutus mata rantai penularan. Cara pertama adalah dengan melakukan manajemen kasus, baik pengobatan maupun profilaksis. Cara ini dapat secepatnya membersihkan tubuh penderita dari agen penyakit, sehingga penderita atau karier tidak lagi menjadi sumber penularan. Cara kedua, memutus kemungkinan penularan agen penyakit dari penderita ke orang sehat dengan cara isolasi. Misalnya penderita istirahat dirumah dan tidak usah tidak masuk sekolah atau kerja selama sakit, terutama penderita yang penularannya ke orang lain melalui penularan langsung udara, misalnya campak, influenza, difteri dan sebagainya. Penyakit dengan penularan melalaui nyamuk, seperti demam dengue, malaria sebaiknya juga beristirahat dirumah selama periode penularan. Cara ketiga, meningkatkan daya tahan setia porang dengan cara perbaikan status gizi, sehingga tubuh mampu menahan serangan agen penyakit, atau memproduksi antibodi dengan cepat. Upaya peningkatan daya tahan tubuh dapat dilakukan dengan meningkatkan imunitas secara aktif melalui pemberian imunisasi, misalnya imunisasi campak, difteri,batuk rejan dan sebagainya. Cara keempat, dengan melakukan perbaikan kondisi lingkungan agar tidak rentan menjadi sumber penularan penyakit. Carayang  ditempuh  adalah  dengan  manajemen  vektor,  seperti  pemberantasan sarang  nyamuk  pada  demam  dengue  dan  malaria,  manajemen  sanitasilingkungan dan makanan dalam pemberantasan penyakit-penyakit perut, diare,tifus perut dan sebagainya. Cara lain adalah dengan manajemen perilaku sehat.

Sumber :
  • 1.    Slide kuliah “SURVEILANS BENCANA” Dr.Bondan (KaDinKes Yogyakarta)
  • 2.    Slide kuliah “vector control in disaster area” dr. Tri baskoros, M.Sc,PhD.
  • 3.    “Manajemen Pengungsi  Surveilans Epidemiologi Subdirektorat  Surveilans Epidemiologi, Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan Matra,Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan PenyehatanLingkungan,Departemen KesehatanJakarta, 2003

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pembiayaan Kesehatan di Indonesia


Bagaimanakah sistem Pembiayaan kesehatan di negara ini??apakah perlu dilakukan reformasi  dalam sistem pembiayaan tersebut?

Tingkat kesehatan masyaraka Indonesia masih terbilang rendah dibanding dengan negara tetangga, hal ini diperburuk dengan kondisi ekonomi negara kita setelah terkena krisis makin memburuk, sehingga juga berimbas ke sisitem kesihatan. Belum adanya keterpaduan antara sistem pelayanan kesehatan dengan kesehatan. sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia lebih bertumpu  pada pembiayan dari kantong sendiri, diperburuk akses kesehatan yang terbatas dikarenakan makin meningkatnya biaya yang dikeluarkan oleh pelaksana jasa kesehatan dalam hal ini puskesmas, rumah sakit, klini sehingga mengakibatkan turunnya pelayanan kesehatan dan tertinggal dengan negara tetangga.

Yang menjadi pokok perrmasalahan yang pertama adalah keadilan dan pemerataan dalam  pelayanan kesehatan dimana cenderung masyarakat kalangan menengah kebawah susah untuk mengakses kesehatan, dikarenakan tidak mempunyai biaya, sementara program asuransi kesehatan untuk orang miskin belum berjalan dengan baik, mash banyak orang yang belum memiliki atau bahkan belum tau. Kedua efisiensi masih sangat buruk, kualitas kesehatann juga perlu ditingkatkan. Jadi intinya bagaimana membuat pelayanan kesehatan menjadi baik tapi dengan biaya yang minim, tanpa mengurangi tujuan dari pelayanan kesehatan tersebut.

Untuk itu perlu dibuat jaminan sosial yaitu suatu bentuk perlindungan untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Dalam pelaksanaanya dibuatlah  Sistem Jaminan Sosial Nasional yaitu suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial, yang meliputi :
  1. Jaminan Kesehatan (JK)
  2. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
  3. Jaminan Hari Tua (JHT)
  4. Jaminan Pensiun (JP)
  5. Jaminan Kematian (JKM)


Prinsip penyelenggaran prongram diatas adalah
  1. Kegotongroyongan
  2.  Nirlaba
  3.  Keterbukaan
  4.  Kehati-hatian
  5.  Akuntabilitasl Portabilitas
  6.  Kepesertaan bersifat wajib
  7.  Dana amanat : Subsidiaritas dan Otonomi


Jadi untuk meningkatkan, dan mengefisienkan biaya kesehatan selain  menggunakan upaya diatas bisa juga metode pembayaran untuk jasa pelayanan kesehatan dimana Pemberi Pelayanan Kesehatan (dokter atau rumah sakit)  menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta, per periode waktu (biasanya bulan), untuk pelayanan yang telah ditentukan per periode waktu, metode ini disebut Kapitasi.

Sama seperti asuransi kesehatan pada umumnya yang menarik iuran atau premi berdasakan kelas yang dipilih, tapi bedanya disini yang menjadi pelakunya adalah dokter atau rumah sakit. Jadi tidak akan dipersulit dengan alasan yang bermacam-macam, dan pelayanan akan lebih cepat. Kapitasi didasari atas jumlah tertanggung (orang yang dijamin atau anggota) baik anggota itu dalam keadaan sakit atau dalam keadaan sehat yang besarnya ditetapkan dan umumnya dibayarkan di muka tanpa memperhitungkan jumlah konsultasi atau pemakaian pelayanan di tempat pelayanan kesehatan tersebut.

Keuntungan dan kelemahan sistem kapitasi adalah

Keuntungan
        Kelemahan
l  RS dapat jaminan adanya pasien (captive market)
l  RS mendapat kepastian dana di awal tahun/kontrak
l  Bila berhasil mengefisienkan pelayanan akan mendapat keuntungan
l  Dokter dapat lebih taat prosedur
l  Promosi dan prevensi akan lebih ditekankan

l  Cenderung underutilization

l  Bila dokter belum memahami dapat menimbulkan konflik


l  Bila peserta tidak banyak ada risiko kerugian


Jadi kedepannya diharapkan
SISTEM DESENTRALISASI & TERINTEGRASI
BUKAN
SENTRALISTIK MONOPOLISTIK

Sumber :
1. slide kuliah permasalahan dan solusi pembiayaan nasional
2. slide kuliah"Kapitasi"  Dr. Sigit Riyarto, M.Kes

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS