RSS

Kesehatan Mental Pada Korban Bencana

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


B
encana merupakan suatu kondisi baru yang membutuhkan penyesuaian diri baru secara drastis terjadi pada banyak orang pada waktu yang sama, sehingga membutuhkan bantuan segera agar dapat kembali bangkit dari keterpurukan dan efek negatif dari sebuah bencana.


Baik individu maupun komunitas mempunyai respon yang berbeda beda terhadap bencana tergantung pada individu dan komunitas tersebut serta seberapa besarnya bencana yang mereka alami. Respon perilaku yang pertama muncul pada individu/komunitas yang tergambar dengan munculnya konflik, ketidak percayaan, masalah pada pekerjaan, berkurangnya keintiman suatu hubungan interpersonal, penarikan diri, mengasingkan diri, dll. Kemudian dilanjutkan dengan respon emosional/kognitif seperti terkejut, terpaku, tidak percaya/menyangkal, kalut, putus asa, marah, cemas, merasa bersalah, kehilangan minat akan kesenangan,dll. Respon psikologikal seperti mimpi buruk, konsentrasi buruk, menyalahkan diri sendiri, bingung, disorientasi, tidak dapat mengambil keputusan, kekhawatiran. Namun setiap orang mempunyai tingkat respon yang berbeda-beda

Ketika terjadi suatu bencana ada beberapa fase atau tahapan yang perlu kita ketahui agar memepermudah dalam penanggulangannya, bencana dimulai dari fase predisaster pada fase ini mulai ada tanda atau peringatan akan terjadinya suatu bencana, Impact merupakan terjadinya suatu bencana. Kemudian terjilah fase heroic disini seseorang mulai merespon dengan apa yang baru saja terjadi, bingung, merasa kesepian karena kehilangan kerabat, dan merasa syok dan takut akan terjadi bencana susulan. Dilanjutkan dengan adanya fase   disillusionment pada fase ini kebanyakan korban mulai mencoba mengerti dengan situasti disekitarnya, namun masih memikirkan apa yang terjadi, menyakngkal kenapa ini bias terjadi pada dirinya, munculnya perasaan seperti itu disertai dengan keluhan somatic seperti kelelahan, susah tidur , sakit kepala, mual, bias juga disertai menunjukkan perilaku kemarahan, mudah tersinggung, putus asa, dan murung. Fase ini dapat berlangsung selama beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah bencana. Fase selanjutnya adalah fase recoil yang berlangsung dalam satu tahun pertama dan ditandai dengan perasaan sedih, rasa bersalah, dan dapat mengalami depresi. Kekecewaan dan kemarahan mudah timbul apabila bantuan pertolongan atau pemulihan yang mereka harapkan tidak ada/tidak sesuai. Kemudian dilanjutkan pada fase yang terakhir yakni fase rekonstruksi yang berlangsung 2-3 tahun setelah peristiwa bencana terjadi. Secara bertahap penderita mulai pulih dari gejala-gejala psikologik dan somatik dimana penderita mulai mau menerima dan memahamai makna peristiwa traumatic dan mulai membangun kehidupan baru
Bencana tersebut dapat berakibat beberapa tingkatan pengaruh psikologis yang klasifikasikan menjadi :
1.            mild psychological distresses
  v    cemas dan panik merupakan tanda yang sering muncul
  v   keadaan ini biasanya bisa berlangsung selama beberapa hari dan tidak memebutuhkan penanganan yang khusus
2.            moderate psychological distresses
  v    Seseorang akan merasa camas, ketergantung dengan orang lain
  v    Gangguan emosional sehingga memerlukan waktu penyembuhan yang lama,
  v   Dapat berkembang menjadi gangguan mental dan perilaku yang berat, untuk itu diperlukan dukungan psikososial.
3.            severe psychological distresses
  v   Mengalami trauma, stress yang berhubungan gangguan mental, fobia, depresi, membutuhkan penanganan dan dukukungan dari tim kesehatan mental yang professional.

Faktor yang berkontribusi adalah kejadian trauma dimana jika bencana yang terjadi secara mendadak dan besar itu bias berakibat pada gangguan mental yang berat. Kehilangan semakin banyak yang hilang makan akan semakin berat gangguan psikologis yang dialami. Keadaan lingkungan setelah bencana juga mempunyai keterkaitan dalam gangguan psikologis.
WHO telah menetapkan beberapa prinsip penanganan bencana dimulai dari

q    Preparation before the emergency: 
persiapan seperti system koordinasi di daerah bencana, rencana dalam menangani keadaan gawat darurat, serta pelatihan ketrampilan bagi para relawan yang akan ke daerah bencana.
q    Assessment: 
persiapan dilakukan assessment menilai apa saja yang dibutuhkan. Kolaborasi antara setiap bagian di daerah bencana
q    Collaborative efforts
q    Integration into primary health care
q    Access to service for all
Pemberian bantuan yang dapat diakses oleh masyarakat secara merata jadi jangan hanya di perkotaan
q    Training and supervision : 
Memberi pelatihan pada korban didaerah bencana agar dapat mempercepat pemulihan
q    Long-term perspective : 
Jadi dalam pemberian bantuan sebaiknya diperhitungkan waktu pemberian, sebaiknya pemberian bantuan tidak hanya hanya pada saat kecadian bencana baru terjadi, namun secara berkelanjutan sampai korban dapat pulih dari situasi pasca bencana
q    Monitoring indicators : 
 Kemudian dilanjutkan dengan adanya pengawasan dan pemikiran jangka panjang sesuai dengan indicator-indikator monitoring yang baik dan sesuai.

Setelah persiapan dilakukan assessment menilai apa saja yang dibutuhkan. Kolaborasi antara setiap bagian di daerah bencana.Pelayanan primer yang terintegrasi.Pemberian bantuan yang dapat diakses oleh masyarakat secara merata jadi jangan hanya di perkotaan.Memberi pelatihan pada korban didaerah bencana agar dapat mempercepat pemulihan.Pemberian bantuan sebaiknya long term perspective.Langkah selanjutnya adalah monitoring indicators.
 Fase intervensi dimulai dari keadaan gawat darurat akut disini mulai dengan pemberian bantuan yang menjadi kebutuhhan pokok seperti makan,air,keamanan dan sanitasi, serta akses untuk ke pelayanan kesehatan primer setelah itu baru Fase rekonsolidasi dimana bantuan kebutuhan tersebut dapat sampai pada yang membutuhkan sebelum keadaan darurat.
Yang terpenting dalam penanganan bencana adalah pemberian pelayanan social dan kesehatan mental untuk mengurangi masalah social.Untuk itu ada dua indicator pokok yang dipakai yaitu intervensi social dan intervensi psikologis & psikiatrik.
Intervensi social pembentukan kembali segala sesuatu yang hilang sama seperti sebelum bencana baik itu kebudayaan atau kepercayaan, setelah itu pembenahan ditingkat pendidikan dengan membentuk beberapa sekolah dan aktivitas rekreasi untuk anak anak dan remaja. Ikut berpartisipasi dalam komunitas. Memepertemukan kembali orang yang hilang atau terpisah dengan keluarganya.

Intervensi psikologis dan psikiatri yaitu dengan membuat fasilitas pelayanan kesehatan di komunitas untuk menangani orang yang mengalami gangguan mental.Dapat menangani keadaan psikiatri yang di pelayanan kesehatan primer.Pemberan treatmen yang berkelanjutan dan menghindari penghentian obat secara tiba tiba.Perencanaan penanganan psikologis untuk tahap setelah bencana.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment